Cerita Hot Ayam Kampus
– Pagi pagi aku bangun, ternyata sudah menunjukan pukul 08.00, ohhh
Shitt…!!kemudian aku langsung bergegas menuju kekampus dengan honda
beatku, kalau saja saya tidak nekat menonton pertandingan bola tim
jagoku, sampai larut malam aku tidak akan terlambat,
Pak Noel yang berusia sekitar 40 tahunan
mempunyai karakter keras dan disiplin dalam urusan waktu (mungkin
karena dia pernah menjadi anggota pramuka), terlambat dari 5 menit saja
pintu sudah terkunci, apalagi sekarang saya sudah terlambat 30 menit,
untuk titip absen saja kayanya sulit karena Pak Noel sering mengecek
dengan daftar hadir dengan mahasiswanya yang berangkat,
Tersentak darί lamunanku, ternyata tanpa
sadar aku sudah berada dί gedung kulίah, namun tίdak berartί
kesulίtanku terhentί sampaί dίsίnί. Ruanganku berada dί lantaί 6,
sedangkan pίntu lίft yang sedarί tadί kutunggu tak kunjung terbuka.
Mendadak, darί belakang terdengar suara
merdu menyapaku. “Haί Tama..!” Akupun menoleh, ternyata yang menyapaku
adalah adίk angkatanku yang bernama Dwί. “Haί juga” jawabku sambίl lalu
karena masίh dalam keadaan panίk.
“Kerah baju kamu terlίpat tuh” kata Dwί.
Sadar, aku lalu membenarkan posίsί kerah kemeja putίhku serta tak lupa
mengecek kerapίhan celana jeansku. “Udah, udah rapί kok. Hmm, pastί kamu
buru – buru ya?” kata Dwί lagί. “ίya nίh, bίasa Pak Noel” jawabku.
“Mmh” Dwί hanya menggumam.
Setelah pίntu lίft terbuka akupun masuk
ke dalam lίft. Ternyata Dwί juga melakukan hal yang sama. Dίdalam lίft
suasananya sunyί hanya ada kamί berdua, mataku ίseng memandangί tubuh
Dwί. Ternyata harί ίtu ίa tampίl sangat cantίk.
Tubuh putίh mulusnya setίnggί 167 cm ίtu
dίbalut baju kaos Guccί pίnk yang ketat, memperlίhatkan branya yang
berwarna hίtam menerawang darί balίk bajunya. Sepertίnya ukuran
payudaranya cukup besar, mungkίn 34D. ίa juga mengenakan celana blue
jeans Prada yang cukup ketat. Rambutnya yang lurus sebahu teruraί dengan
ίndahnya.
Wangί parfum yang kutebak merupakan merk
Kenzo ίntense memenuhί udara dalam lίft, sekalίgus sepertί beradu
dengan parfum Boss ίn Motίon mίlίkku. Hmm pίkίrku, pantas saja Dwί
sangat dίίncar oleh seluruh cowo dί jurusanku, karena selaίn ίa masίh
sίngle tubuhnya juga sangat proporsίonal.
Lebίh darίpada ίtu prestasί akademίknya
juga cukup cemerlang. Namun jujur dίrίku hanya menganggap Dwί sebagaί
teman belaka. Mungkίn hal ίtu dίkarenakan aku baru saja putus dengan
pacarku dengan cara yang kurang baίk, sehίngga aku masίh trauma untuk
mencarί pacar baru.
Tίba – tίba pίntu lίft membuka dί lantaί
4. Dwί turun sambίl menyunggίngkan senyumnya kepadaku. Akupun membalas
senyumannya. Lewat pίntu lίft yang sedang menutup aku sempat melίhat Dwί
masuk ke sebuah ruang studίo dί lantaί 4 tersebut.
Ruang tersebut memang tersedίa bagί
sίapa saja mahasίwa yang ίngίn menggunakannya, AC dίdalamnya dίngίn dan
pada jam pagί sepertί ίnί bίasanya keadaannya kosong. Aku juga serίng
tίdur dίdalam ruangan ίtu sehabίs makan sίang, abίsnya sofa dίsana empuk
dan enak sίh. Hehehe
Setelah itu lift pun tertutup dan
membawaku ke lantai 6, tempat ruang kuliahku berada. Segera setelah
sampai di pintu depan ruang kuliahku seharusnya berada, aku tercengang
karena disana tertempel pengumuman singkat yang berbunyi “kuliah Pak
Noel ditunda sampai jam 12. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Ttd: Tata Usaha Departemen”
Sialan, kataku dalam hati. Jujur saja
kalau pulang lagi ke kostan aku malas, karena takut tergoda akan
melanjutkan tidur kembali. Bingung ingin melakukan apa selagi menunggu,
aku tiba – tiba saja teringat akan Dwi. Bermaksud ingin membunuh waktu
dengan ngobrol bersamanya, akupun bergegas turun kelantai 4 sambil
berharap kalau Dwi masih ada disana.
Sesampainya di lantai 4 ruang studio,
aku tidak tahu apa Dwi masih ada didalam atau tidak, karena ruangan itu
jendelanya gelap dan ditutupi tirai. Akupun membuka pintu, lalu masuk
kedalamnya. Ternyata disana ada Dwi yang sedang duduk disalah satu sofa
didepan meja ketik menoleh ke arahku, tersenyum dan bertanya
“Hai Tama, ngga jadi kuliah?”
“Kuliahnya diundur” jawabku singkat.
“Kuliahnya diundur” jawabku singkat.
Iapun kembali asyik mengerjakan sesuatu
dengan laptopnya. Aku memandang berkeliling, ternyata ruangan studio
selebar 4X5 meter itu kosong, hanya ada suaraku, suara Dwi, dan suara AC
yang bekerja. Secara tidak sadar aku mengunci pintu, mungkin karena
ingin berduaan aja dengan Dwi. Maklum, namanya juga cowo, huehehe…
Penasaran, aku segera mendekati Dwi. “Hi
Dwi, lagi ngapain sendirian disini?” “Oh, ini lagi ngerjain tugas
kampus. Abis dihimpunan rame banget sih ,jadi aku ga bisa konsentrasi.”
“Eh, kebetulan ada Tama, udah pernah ngambil kuliah ini kan?” Tanya Dwi
sambil memperlihatkan tugas di layar laptopnya.
Aku mengangguk singkat. “Bisa ajarin Dwi
ngga caranya, Dwi dari tadi gak ketemu cara ngerjainnya nih?” pinta
Dwi. Akupun segera mengambil tempat duduk disebelahnya, sambil
mengajarinya cara pengerjaan tugas tersebut. Daripada aku bengong,
pikirku. Mulanya saat kuajari ia belum terlalu mengerti, namun setelah
beberapa lama ia segera paham dan tak lama berselang tugasnya pun telah
selesai.
“Wah, selesai juga. Ternyata gak begitu
susah ya. Makasih banget ya Tama, udah ngerepotin kamu.” Kata Dwi ramah.
Iapun menutup laptop Toshibanya dan mengemasnya. “Apa sih yang ngga
buat cewe tercantik di jurusan ini” kataku sekedar iseng menggoda. Dwi
pun malu bercampur gemas mendengar perkataanku, dan secara tiba – tiba
ia berdiri sambil berusaha menggelitiki pinggangku.
Aku yang refleksnya memang sudah
terlatih dari olahraga karate yang kutekuni selama ini pun dapat
menghindar, dan secara tidak sengaja tubuhnya malah kehilangan
keseimbangan serta pahanya mendarat menduduki pahaku yang masih duduk.
Secara tidak sengaja tangan kanannya
yang tadinya ingin menggelitikiku menyentuh kemaluanku. Spontan, adik
kecilku pun bangun. “Iih, Tama kok itunya tegang sih?” kata Dwi sambil
membenarkan posisi tangannya. “Sori ya” kataku lirih.
Kami pun jadi salah tingkah, selama
beberapa saat kami hanya saling bertatapan mata sambil ia tetap duduk di
pangkuanku. Melihat mukanya yang cantik, bibirnya yang dipoles lip
gloss berwarna pink, serta matanya yang bulat indah membuatku benar –
benar menyadari kecantikannya. Ia pun hanya terus menatap dan tersenyum
kearahku.
Entah siapa yang memulai, tiba – tiba
kami sudah saling berciuman mulut. Ternyata ia seorang pencium yang
hebat, aku yang sudah berpengalamanpun dibuatnya kewalahan. Harum
tubuhnya makin membuatku horny dan membuatku ingin menyetubuhinya.
Seolah mengetahui keinginanku, Dwi pun
merubah posisi duduknya sehingga ia duduk di atas pahaku dengan posisi
berhadapan, daerah vaginanya yang masih ditutupi oleh celana jenas
menekan penisku yang juga masih berada didalam celanaku dengan
nikmatnya. Bagian dadanya pun seakan menantang untuk dicium, hanya
berjarak 10 cm dari wajahku.
Kami berciuman kembali sambil tanganku
melingkar kepunggungnya dan memeluknya erat sekali sehingga tonjolan
dibalik kaos ketatnya menekan dadaku yang bidang. “mmhh.. mmmhh..” hanya
suara itu yang dapat keluar dari bibir kami yang saling beradu.
Puas berciuman, akupun mengangkat tubuh
Dwi sampai ia berdiri dan menekankan tubuhnya ke dinding yang ada
dibelakangnya. Akupun menciumi bibir dan lehernya, sambil meremas –
remas gundukan payudaranya yang terasa padat, hangat, serta memenuhi
tanganku. “Aaah, Tama…” Erangannya yang manja makin membuatku bergairah.
Kubuka kaos serta branya sehingga Dwi
pun sekarang telanjang dada. Akupun terbelalak melihat kecantikan
payudaranya. Besar, putih, harum, serta putingnya yang berwarna pink itu
terlihat sedikit menegang. “Tama…” katanya sambil menekan kepalaku
kearah payudaranya. Akupun tidak menyia – nyiakan kesempatan baik itu.
Tangankupun meremas, menjilat, dan
mencium kedua belah payudaranya. Kadang bibirku mengulum putting
payudaranya. Kadang bongkahan payudaranya kumasukkan sebesar mungkin
kedalam mulutku seolah aku ingin menelannya, dan itu membuat badan Dwi
menggelinjang.
“Aaahh… SShhh…” aku mendongak keatas dan
melihat Dwi sedang menutup matanya sambil bibirnya mengeluarkan erangan
menikmati permainan bibirku di payudaranya. Seksi sekali dia saat itu.
Putingnya makin mengeras menandakan ia semakin bernafsu akan
“pekerjaanku” di dadanya.
Puas menyusu, akupun menurunkan ciumanku
kearah pusarnya yang ternyata ditindik itu. Lalu ciumanku makin
mengalir turun ke arah selangkangannya. Akupun membuka jeansnya,
terlihatlah celana dalamnya yang hitam semi transparan itu, namun itu
tak cukup untuk menyembunyikan gundukan vaginanya yang begitu gemuk dari
pandanganku.
Akupun mendekatkan hidungku ke arah
vaginanya, tercium wangi khas yang sangat harum. Ternyata Dwi sangat
pintar dalam menjaga bagian kewanitaannya itu. Sungguh beruntung diriku
dapat merasakan miliknya Dwi.
Akupun mulai menyentuh bagian depan
celana dalamnya itu. Basah. Ternyata Dwi memang sudah horny karena
servisku. Jujur saja aku merasa deg – degan karena selama ini aku belum
pernah melakukan seks dengan kedelapan mantan pacarku, paling hanya
sampai taraf oral seks. Jadi ini boleh dibilang pengalaman pertamaku.
Dengan ragu – ragu akupun menjilati
celana dalamnya yang basah tersebut. “Mmhhh… Ooggghh…” Dwi mengerang
menikmati jilatanku. Ternyata rasa cairan kewanitaan Dwi gurih, sedikit
asin namun enak menurutku. Setelah beberapa lama menjilati, ternyata
cairan kewanitaannya makin banyak meleleh.
“Buka aja celana dalamku” kata Dwi.
Mendengar restu tersebut akupun menurunkan celana dalamnya sehingga
sekarang Dwi benar – benar bugil, sedangkan aku masih berpakaian
lengkap. Benar – benar pemandangan yang indah. Vaginanya terpampang
jelas di depan mataku, berwarna pink kecoklatan dengan bibirnya yang
masih rapat. Bentuknya pun indah sekali dengan bulunya yang telah
dicukur habis secara rapi.
Bagai orang kelaparan, akupun segera
melahap vaginanya, menjilati bibir vaginanya sambil sesekali menusukkan
jari tengah dan jari telunjukku ke dalamnya. Berhasil..! Aku menemukan
G-Spotnya dan terus memainkannya. setelah itu Dwi terus menggelinjang,
badannya mulai berkeringat seakan tidak menghiraukan dinginnya AC di
ruangan ini.
“Emmh, please don’t stop” kata Dwi
dengan mata terpejam. “OOuucchh…” Rintih Dwi di telingaku sambil matanya
berkerjap-kerjap merasakan nikmat yang menjalari
tubuhnya.”Ssshhh…Ahhh”, balasku merasakan nikmatnya vagina Dwi yang
makin basah.
Sambil terus meremas dada besarnya yang
mulus, adegan menjilat itu berlangsung selama beberapa menit. Tangannya
terus mendorong kepalaku, seolah menginginkanku untuk menjilati
vaginanya secara lebih intens. Pahanya yang putih pun tak hentinya
menekan kepalaku. Tak lama kemudian,
“Uuuhhh.. Dwi mau ke… lu… ar…” seiring
erangannya vaginanya pun tiba – tiba membanjiri mulutku mengeluarkan
cairan deras yang lebih kental dari sebelumnya, namun terasa lebih gurih
dan hangat. Akupun tidak menyia – nyiakannya dan langsung meminumnya
sampai habis.
“Slruuppp…” suaranya terdengar nyaring
di ruangan tersebut. Nafas Dwi terdengar terengah – engah, ia menggigit
bibirnya sendiri sambil seluruh tubuhnya mengkilat oleh keringatnya
sendiri. Setelah tubuhnya berhenti bergetar dan jepitan pahanya mulai
melemah akupun berdiri dan mencium bibirnya, sehingga ia merasakan
cairan cintanya sendiri.
“Mmhh, Tama… makasih ya kamu udah bikin
Dwi keluar.” “kamu malah belum buka baju sama sekali, curang” kata Dwi.
“Gantian sini.” Setelah berkata lalu Dwi mendorong tubuhku sehingga aku
duduk diatas sofa. Iapun berjongkok serta melepaskan celana jeans serta
celana dalamku. Iapun kaget melihat batang penisku yang berukuran cukup
“wah.”
Panjangnya sekitar 16 cm dengan diameter
5 cm. kepalanya yang seperti topi baja berwarna merah tersentuh oleh
jemari Dwi yang lentik. “Tama, punya kamu gede banget…” setelah berkata
maka Dwi langsung mengulum kepala penisku.
Rasanya sungguh nikmat sekali. “mmh Dwi
kamu nikmat banget…” kataku. Iapun menjelajahi seluruh penjuru penisku
dengan bibir dan lidahnya, mulanya lidahnya berjalan menyusuri urat
dibawah penisku, lalu bibirnya yang sexy mengulum buah zakarku. “aah…
uuhh… ” hanya itu yang dapat kuucapkan. Lalu iapun kembali ke ujung
penisku dan berusaha memasukkan penisku sepanjang – panjangnya kedalam
mulutnya.
Akupun mendorong kepalanya dengan kedua
belah tangannya sehingga batang penisku hampir 3/4nya tertelan oleh
mulutnya sampai ia terlihat hamper tersedak. Sambil membuka bajuku
sendiri aku mengulangi mendorong kepalanya hingga ia seperti menelan
penisku sebanyak 5 – 6 kali.
Puas ngentot dengan itu ia pun berdiri
dan duduk membelakangiku, tangannya membimbing penisku memasuki liang
kemaluannya. “Tama sayang, aku masukin ya..” kata Dwi bergairah. Lalu
iapun menduduki penisku, mulanya hanya masuk 3/4nya namun lama – lama
seluruh batang penisku terbenam ke dalam liang vaginanya. Aah, jadi ini
yang mereka katakana kenikmatan ngentot, rasanya ngentot memang enak
sekali pikirku. Iapun terus menaik – turunkan vaginanya sambil kedua
tangannya bertumpu pada dadaku yang bidang.
“Pak.. pak… pak.. sruut.. srutt..” bunyi
paha kami yang saling beradu ditambah dengan cairan kewanitaannya yang
terus mengalir makin menambah sexy suasana itu. Sesekali aku menarik
tubuhnya kebelakang, sekedar mencoba untuk menciumi lehernya yang
jenjang itu. Lehernya pun menjadi memerah di beberapa tempat terkena
cupanganku.
“Dwi, ganti posisi dong” kataku. Lalu
Dwi berdiri dan segera kuposisikan dirinya untuk menungging serta
tangannya bertumpu pada meja. Dari posisi ini terlihat liang vaginanya
yang memerah tampak semakin menggairahkan. Akupun segera memasukkan
penisku dari belakang. “aahh, pelan – pelan sayang” kata Dwi. Akupun
menggenjot tubuhnya sampai payudaranya berguncang – guncang dengan
indahnya.
“Aaahhkk…Tama…Ooucchhhkgg..Ermmmhhh”
suara Dwi yang mengerang terus, ditambah dengan cairannya yang makin
banjir membuatku semakin tidak berdaya menahan pertahanan penisku.
“Ooohh…yeahh ! fu*k me like that…uuhh…i’m your bitch now !” erang Dwi
liar.
“Aduhh.. aahh.. gila Dwi.. enak banget!”
ceracauku sambil merem-melek. “Oohh.. terus Tama.. kocok terus” Dwi
terus mendesah dan meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah
saking terangsangnya. “Yak.. dikit lagi.. aahh.. Tama.. udah mau” Dwi
mempercepat iramanya karena merasa sudah hampir klimaks. “Dwi.. Aku
juga.. mau keluar.. eerrhh” geramku dengan mempercepat gerakan.
“Enak nggak Tama?” tanyanya lirih
kepadaku sambil memalingkan kepalanya kebelakang untuk menatap mataku.
“Gila.. enak banget Dwi.. terusin sayang, yang kencang..” Tanganku yang
masih bebas kugerakkan kearah payudaranya untuk meremas – remasnya.
Sesekali tanganku memutar arah ke bagian belakang untuk meremas
pantatnya yang lembut.
“uuhh.. sshh.. Dwi, aku udah ga tahan
nih. Keluarin dimana?” tanyaku. “uuhhh.. mmh.. ssshh.. Keluarin didalam
aja ya, kita barengan” kata Dwi. Makin lama goyangan ngentot penisku
makin dalam dan makin cepat.. “Masukin yang dalem dooo…ngg…”, pintanya.
Akupun menambah kedalaman tusukan
penisku, sampai pada beberapa saat kemudian. “aahh… Tama.. kita keluarin
sekarang…” Dwi berkata sambil tiba – tiba cekikan vaginanya pada
penisku terasa sangat kuat dan nikmat. Iapun keluar sambil tubuhnya
bergetar.
Akupun tak mampu membendung sperma pada
penisku dan akhirnya kutembakkan beberapa kali ke dalam liang vaginanya.
Rasa hangat memenuhi penisku, dan disaat bersamaan akupun memeluk Dwi
dengan eratnya dari belakang.
Setelah beberapa lama tubuh kami yang
bercucuran keringat menyatu setelah ngentot, akhirnya akupun
mengeluarkan penisku dari dalam vaginanya. Aku menyodorkan penisku ke
wajah Dwi dan ia segera mengulum serta menelan habis sperma yang masih
berceceran di batang penisku. Aku menyandarkan tubuhku pada dinding
ruang studio dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku sambil
tersenyum sambil terus mengocok batang penisku tetapi semakin lama
semakin cepat.
Nafasku memburu kencang dan jantungku
berdegub semakin tak beraturan dibuatnya, walaupun aku sangat sering
masturbasi, tapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah yang
pertama bagiku, apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut
bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang menocok penisku
bergantian dengan tangan kiri dan kanannya.
“Dwi.. mau keluar nih..” kataku lirih
sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan hisapan Dwi. “Bentar, tahan
dulu Tama..”jawabnya sambil melepaskan kocokannya. “Loh kok ngga
dilanjutin?” tanyaku. Tanpa menjawab pertanyaanku, Dwi mendekatkan
dadanya ke arah penisku dan tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia
menjepit penisku dengan kedua payudaranya yang besar itu. Sensasi luar
biasa aku dapatkan dari penisku yang dijepit oleh dua gundukan kembar
itu membuatku terkesiap menahan napas.
Sebelum aku sempat bertindak apa-apa,
dia kembali mengocok penisku yang terjepit diantara dua susunya yang
kini ditahan dengan menggunakan kedua tangannya. Penisku serasa diurut
dengan sangat nikmatnya. Terasa kurang licin, Dwi pun melumuri
payudaranya dengan liurnya sendiri. “Gila Dwi, kamu ternyata liar
banget..” Dwi hanya menjawab dengan sebuah senyuman nakal.
Kali ini seluruh urat-urat dan
sendi-sendi di sekujur tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih
besar daripada kocokan dengan tangannya tadi. “Enak nggak Tama?”
tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku.
“Gila.. Bukan enak lagi.. Tapi enak
banget Sayang.. Terus kocok yang kencang..” Tanganku yang masih bebas
kugerakkan kearah mulutnya, dan ia langsung mengulum jariku dengan penuh
nafsu. “Ahh.. ohh..” desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya.
Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa
daratan.
Tak lama kemudian, “aah… Dwi aku mau
keluar lagi…” setelah berkata begitu akupun menyemprotkan beberapa tetes
spermaku kedalam mulutnya yang langsung ditelan habis oleh Dwi. Iapun
lalu menciumku sehingga aku merasakan spermaku sendiri.
Setelah selesai, kami pun berpakaian
lagi. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih kepadanya, lalu akupun
pulang kekostan setelah mengantarkan Dwi ke kostannya menggunakan
mobilku. Dialam mobil ia berkata bahwa ia sangat puas setelah ngentot
denganku serta menginginkan untuk mengulangi ngentot kapan – kapan.
Akupun segera menyanggupi ajakan ngentot dan mencium mesra bibirnya.